Uncategorized

BPS Catat Inflasi Sepanjang 2020 di Angka 1,68 Persen

App Developer

Monday, 04 January 2021 - 11:46:39

Aktivitas jual beli beli di pasar kawasan Glodok, Jakarta, Selasa (28/1/2020). Bank Indonesia memproyeksikan terjadi inflasi di Januari 2020 bersumber dari beberapa komoditas pangan yang mengalami tekanan harga, di antaranya telur ayam akan berkontribusi juga ke inflasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)


Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi sepanjang 2020 di angka 1,68 persen. Angka ini terendah sejak 2014 atau selama enam tahun.

"Kalau kita bandingkan sampai dengan 2014 ini menunjukkan inflasi yang terendah," kata Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa BPS, Setianto di Kantornya, Jakarta, Senin (4/1/2020).

Berdasarkan data BPS sejak 2014, inflasi tahunan mencapai 8,36 persen kemudian turun pada 2015 mencapai 3,35 persen. Kemudian untuk 2016 Berada di posisi 3,02 pesen, 2017 3,61 persen, 2018 3,13 persen dan 2019 2,72 persen.

"Kalau kita lihat tahunan year-on-year tahun 2020 sebesar 1,68 persen. Ini kalau kita bandingkan sampai dengan 2014 ini menunjukkan inflasi yang rendah," sebutnya.

Inflasi Desember 0,45 Persen

Sementara itu, inflasi pada Desember 2020 tercatat hanya sebesar 0,45 persen. Inflasi Desember tersebut dipengaruhi oleh naiknya harga komoditas antara lain, cabai merah, telur ayam ras, cabai rawit, hingga tarif angkutan udara.

"Dari 90 kota IHK 87 kota mengalami inflasi 3 kota mengalami deflasi," imbuhnya.

Adapun kota yang mengalami inflasi tertinggi kota adalah Gunung Sitoli yaitu sebesar 1,87 persen. Utamanya disebabkan oleh kenaikan harga cabai merah dengan 0,6 persen kemudian cabai rawit 0,38 persen. Kemudian inflasi terendah di kota Tanjung Selor yaitu sebesar 0,05 persen.

Sementara ada beberapa kota yang juga mengalami deflasi diantaranya yang tertinggi adalah Luwuk sebesar minus 0,26 persen. Utamanya untuk deflasi di Luwuk adalah dari cabai merah besar 0,1 persen kemudian angkutan udara 0,09 persen.

Sedangkan deflasi terendah ada di Ambon minus 0,07 persen.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com